Tibaning Swara Saben Pungkasane Gatra Diarani

Tibaning Swara Saben Pungkasane Gatra Diarani
Tibaning Swara Saben Pungkasane Gatra Diarani

Tibaning Swara Saben Pungkasane Gatra Diarani…

A. Guru Swara

B. Guru Gatra

C. Guru Wilangan

D. Guru Lagu

Jawaban:

A. Guru Swara

Tibaning Swara Saben Pungkasane Gatra Diarani Guru Swara.

Tibaning Swara Saben Pungkasane Gatra Diarani
Tibaning Swara Saben Pungkasane Gatra Diarani

Penjelasan:

Dalam tembang macapat, setiap unsur memiliki istilah yang spesifik. Mari kita bahas satu per satu:

  • Guru Swara: Ini merujuk pada bunyi atau suara di akhir setiap baris (gatra) dalam satu pada. Jadi, ketika kita berbicara tentang “tibaning swara saben pungkasane gatra,” kita sedang membahas bunyi akhir setiap baris, yang sesuai dengan definisi guru swara.
  • Guru Gatra: Ini menunjukkan jumlah baris (gatra) dalam satu pada. Jadi, guru gatra berkaitan dengan jumlah baris, bukan bunyi akhirnya.
  • Guru Wilangan: Ini merujuk pada jumlah suku kata dalam setiap baris (gatra). Jadi, guru wilangan berkaitan dengan jumlah suku kata, bukan bunyi akhirnya.
  • Guru Lagu: Ini adalah pola tinggi rendahnya nada dalam tembang. Jadi, guru lagu berkaitan dengan intonasi, bukan bunyi akhir baris.

Kesimpulan:

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah yang tepat untuk menyebut bunyi akhir setiap baris dalam tembang macapat adalah guru swara.

Contoh:

Misalnya, dalam satu pada tembang, semua baris diakhiri dengan bunyi “a”. Maka, guru swaranya adalah “a”.

Tambahan:

Mempelajari guru swara, guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu sangat penting untuk memahami struktur dan keindahan tembang macapat. Dengan memahami unsur-unsur ini, kita dapat lebih menikmati dan mengapresiasi karya sastra Jawa klasik ini.

Baca juga :   Seorang Catcher Berdiri Di Belakang

Bagikan:

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar